Official website of Himpunan Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Islam UIN K.H. Abdurrahman Wahid

  • Jelajahi

    Copyright © HMPS HKI UIN GUSDUR
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Menu Bawah

    Sebuah Renungan di Penghujung Ramadhan

    HMPSHKI UINGUSDUR Pekalongan
    Minggu, 24 April 2022, April 24, 2022 WIB Last Updated 2022-04-24T14:28:13Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    Foto by : Google.com
    Sebuah Renungan di Penghujung Ramadhan

    Merenunglah! Renungkanlah semua kehidupan yang pernah kau jalani di bumi ini. Menangislah! Tumpahkan semua air matamu hingga mengering kedua kantung matamu. Merataplah! Di pojokan dalam selimut kegelapan akibat semua kesalahan-kesalahanmu.

                Kau berdosa! Aku berdosa! Kita semua berdosa!

                Berpikirlah selagi kalian masih memiliki akal dan pikiran! Ramadhan hendak pergi. Puasa tinggal beberapa hari lagi. Hari raya sudah bisa dihitung dengan jari. Lantas, apakah kalian sudah merasa suci dan bersih dari dosa? Berpuasa menahan nafsu dari segala godaan, takwa kepada Tuhan meningkat hingga merasa menjadi hamba yang paling mulia. Apa itu semua membuat kalian merasa suci dan bersih dari dosa? Berharap lebaran tiba dengan sejuta harapan. Terbayang-bayang ketika lebaran tiba bak seorang bayi yang baru lahir bersih dari dosa. Apa itu semua cukup bagi kalian? Allah memang Maha Pengampun. Tapi ampunan itu hanya untuk orang-orang sholeh dan yang dicintai-Nya. Lantas, apakah kalian sudah merasa diri kalian seperti orang sholeh hanya karena telah berpuasa sebulan penuh?

                Singkirkanlah! Buang semua pikiran itu! Allah memang akan mengampuni kita semua, tapi tidak dengan hati manusia yang pernah kita sakiti. Oleh sebab itu, kita akan saling meminta maaf kepada tetangga dan kerabat kita, berharap mereka memberi maaf supaya dosa-dosa kita melebur.

                Berhenti sampai di situ! Sebelum kalian saling meminta maaf kepada tetangga dan kerabat, tengoklah sebentar ke belakang kalian. Cobalah untuk melihat kepada ayah dan ibu kalian. Dekatkanlah diri kalian pada mereka. Muliakanlah mereka dengan semulia-mulianya yang kalian bisa. Berlututlah di depan mereka dengan penuh pengharapan maaf dan bulir air mata penyesalan.

                Ingatlah kedua orang tua kalian! Tataplah kedua bola mata ibu kalian yang sudah tak berwarna hitam pekat, dikikis oleh umur yang semakin menua. Sadarlah! Beliau merupakan wanita paling mulia yang pernah ada di hidup kalian. Taruhan nyawa dan rasa sakit yang tiada tara pernah ia rasakan, seolah-olah ia hendak bertemu dengan Malaikat Izrail yang sudah bersiap mencabut nyawanya. Peluh keringat yang mengujur deras, teriakan keras meronta-ronta hingga memekakkan kedua telinga, rasa nyeri di ujung kematian menyambar di seluruh tubuhnya. Pikirlah! Dia adalah ibumu, wanita mulia yang selalu berkorban mempertaruhkan nyawanya demi seorang bayi tak berdaya.

                Kemudian genggamlah tangan ayah kalian! Rasakan dengan teramat penuh rasa belas kasihan. Belailah punggung tangannya yang kian hari kian melemah dan tak ada kekuatan. Pagi hingga malam. Sejak angin pagi yang dingin menusuk tulang, hingga sengat cahaya matahari yang membakar tubuh renta. Seorang pria dewasa yang siap menghabiskan waktunya untuk  membanting tulang dan tenaga demi mencari nafkah menghidupi kalian. Berjuang dengan hebat bak pahlawan kemerdekaan demi anaknya yang mempunyai cita-cita setinggi angkasa. Tak ada kekurangan pada sosok dirinya. Meski tubuh tua dan mulai tak berdaya, beliau masih berjuang sekuat tenaga melawan usia tuanya demi kebahagiaan anaknya.

                Sudahkah kalian berpikir sekarang? Kedua orang tua kalian adalah kunci kalian mencapai rahmat Allah. Tanpa ada mereka, hidup kalian tak akan pernah bisa sedamai yang kalian rasakan saat ini. Sudah sepatutnya di hari raya ini, di usia kalian yang seharusnya sudah bisa berpikir dan mendewasa, berlututlah pada kedua orang tua kalian. Hampiri mereka! Minta maaflah kepada mereka tanpa diminta! Kunci surga berada di tangan mereka. Jadilah anak yang tahu diri yang selalu memuliakan orang tuanya.

                Mereka mungkin tak akan pernah meminta permohonan maaf dari kalian. Tapi mereka menaruh harapan yang besar di pundak kalian. Sebuah harapan supaya bisa saling menjaga dan melindungi, dimulai dari dunia sampai bisa berkumpul kembali di surga nanti.

     

    Karya : Arjuna Ja (Jurusan Hukum Keluarga Islam)
    Editor : Dept. Penelitian dan Pengembangan
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    HMPSHKI Universitas K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

    HMPSHKI UINGSUDR

    +