![]() |
Foto by : Google.com |
Merenunglah! Renungkanlah semua kehidupan yang pernah kau
jalani di bumi ini. Menangislah! Tumpahkan semua air matamu hingga mengering kedua
kantung matamu. Merataplah! Di pojokan dalam selimut kegelapan akibat semua kesalahan-kesalahanmu.
Kau berdosa! Aku berdosa! Kita semua
berdosa!
Berpikirlah selagi kalian masih memiliki
akal dan pikiran! Ramadhan hendak pergi. Puasa tinggal beberapa hari lagi. Hari
raya sudah bisa dihitung dengan jari. Lantas, apakah kalian sudah merasa suci dan
bersih dari dosa? Berpuasa menahan nafsu dari segala godaan, takwa kepada Tuhan
meningkat hingga merasa menjadi hamba yang paling mulia. Apa itu semua membuat
kalian merasa suci dan bersih dari dosa? Berharap lebaran tiba dengan sejuta harapan.
Terbayang-bayang ketika lebaran tiba bak seorang bayi yang baru lahir bersih dari
dosa. Apa itu semua cukup bagi kalian? Allah memang Maha Pengampun. Tapi ampunan
itu hanya untuk orang-orang sholeh dan yang dicintai-Nya. Lantas, apakah kalian
sudah merasa diri kalian seperti orang sholeh hanya karena telah berpuasa sebulan
penuh?
Singkirkanlah! Buang semua pikiran itu!
Allah memang akan mengampuni kita semua, tapi tidak dengan hati manusia yang
pernah kita sakiti. Oleh sebab itu, kita akan saling meminta maaf kepada tetangga
dan kerabat kita, berharap mereka memberi maaf supaya dosa-dosa kita melebur.
Berhenti sampai di situ! Sebelum
kalian saling meminta maaf kepada tetangga dan kerabat, tengoklah sebentar ke belakang
kalian. Cobalah untuk melihat kepada ayah dan ibu kalian. Dekatkanlah diri
kalian pada mereka. Muliakanlah mereka dengan semulia-mulianya yang kalian
bisa. Berlututlah di depan mereka dengan penuh pengharapan maaf dan bulir air
mata penyesalan.
Ingatlah kedua orang tua kalian!
Tataplah kedua bola mata ibu kalian yang sudah tak berwarna hitam pekat,
dikikis oleh umur yang semakin menua. Sadarlah! Beliau merupakan wanita paling
mulia yang pernah ada di hidup kalian. Taruhan nyawa dan rasa sakit yang tiada tara
pernah ia rasakan, seolah-olah ia hendak bertemu dengan Malaikat Izrail yang
sudah bersiap mencabut nyawanya. Peluh keringat yang mengujur deras, teriakan keras
meronta-ronta hingga memekakkan kedua telinga, rasa nyeri di ujung kematian menyambar
di seluruh tubuhnya. Pikirlah! Dia adalah ibumu, wanita mulia yang selalu berkorban
mempertaruhkan nyawanya demi seorang bayi tak berdaya.
Kemudian genggamlah tangan ayah
kalian! Rasakan dengan teramat penuh rasa belas kasihan. Belailah punggung tangannya
yang kian hari kian melemah dan tak ada kekuatan. Pagi hingga malam. Sejak angin
pagi yang dingin menusuk tulang, hingga sengat cahaya matahari yang membakar tubuh
renta. Seorang pria dewasa yang siap menghabiskan waktunya untuk membanting tulang dan tenaga demi mencari nafkah
menghidupi kalian. Berjuang dengan hebat bak pahlawan kemerdekaan demi anaknya
yang mempunyai cita-cita setinggi angkasa. Tak ada kekurangan pada sosok dirinya.
Meski tubuh tua dan mulai tak berdaya, beliau masih berjuang sekuat tenaga melawan
usia tuanya demi kebahagiaan anaknya.
Sudahkah kalian berpikir sekarang? Kedua
orang tua kalian adalah kunci kalian mencapai rahmat Allah. Tanpa ada mereka,
hidup kalian tak akan pernah bisa sedamai yang kalian rasakan saat ini. Sudah sepatutnya
di hari raya ini, di usia kalian yang seharusnya sudah bisa berpikir dan mendewasa,
berlututlah pada kedua orang tua kalian. Hampiri mereka! Minta maaflah kepada mereka
tanpa diminta! Kunci surga berada di tangan mereka. Jadilah anak yang tahu diri
yang selalu memuliakan orang tuanya.
Mereka mungkin tak akan pernah meminta
permohonan maaf dari kalian. Tapi mereka menaruh harapan yang besar di pundak
kalian. Sebuah harapan supaya bisa saling menjaga dan melindungi, dimulai dari dunia
sampai bisa berkumpul kembali di surga nanti.
Editor : Dept. Penelitian dan Pengembangan