Foto by : google.com
Pernikahan mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga
kita,apalagi kita sebagai mahasiswa terutama jurusan HKI (Hukum Keluarga Islam)
dimana didalamnya membahas mengenai tata cara berkeluarga sesuai syariat Islam. Disini
penulis berusaha memberikan gambaran bagaimana berkeluarganya Rasulullah SAW
dengan istri-istrinya beliau sudah memberikan contoh kepada kita cara
berkeluarga yang baik sesuai syariat islam.
لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ
Artinya : “Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal…….(Surat Yusuf :111)
Didalam
Al Qur’an sendiri dijelaskan bahwa kisah-kisah nabi itu memuat banyak ibr’ah (pelajaran) ketika kita bisa
memanfaatkan akal untuk berfikir sebagai jalan menuju hakikat kita sebagai manusia. Disini penulis menukil sebuah kisah
Nabi Muhammad dengan salah satu istrinya yaitu Umi Salamah.
“Diceritakan
suatu ketika Rasulullah melakukan perjalanan Haji wada (haji terakhir) nabi Muhammad SAW
setelah Rasulullah telah selesai melakukan semua rukun haji tinggal satu yang
belum dilaksanakan yaitu tahalul (memotong
rambut) kemudian Rasulullah menyuruh para sahabat untuk memotong rambut tetapi
para sahabat hanya diam saja setelah itu Rasulullah masuk tenda dan berdiam diri (sedih), kemudian istrinya datang (Umi
Salamah) dan berkata “Mengapa beliau tidak mencontohkan terlebih dahulu kepada
mereka?” kemudian Rasulullah keluar dan memotong rambutnya didepan mereka
setelah itu merekapun mengikutinya. (Kitab Bulugul Maram Bab Haji (Ibnu Hajar
Asqolani)
Disini penulis berusaha memberikan gambaran bahwa :
1.Sebagai Istri seharusnya bisa mengerti keadaan seorang suami disaat suami
sedang dalam kondisi kesulitan disitulah istri berperan sebagai
penyemangat,penenang hati dan penyejuk jiwa sehingga tercapai Maqositu Syariah
(Tujuan Pernikahan) yaitu Sakinah,mawadah Warohmah.
2. Laki-laki yang hebat dibelangkanya pasti ada perempuan entah itu Ibu atau Istri. Karena bagaimanapun ketika Seorang laki-laki memutuskan untuk menikah itu artinya hidupnya bukan tentang dirinya lagi.
“Nantikan Artikel Selanjutnya mengenai “kenapa Allah mempertemukan kita kepada orang yang salah hingga akhirnya Allah mempertemukan dengan orang yang tepat?”
Penulis : Aeman Fikri_1121120
Editor : Dept. Penelitian dan Pengembangan